Tuesday, April 17, 2007

Bergeliat dalam Prolog

Menulis prolog atau awalan sulitnya bukan main. Lebih susah dari belajar bawa sepeda atau belajar nyetir mobil. Ribet nggak karu-karuan. Untunglah prolog novel gue sudah bisa dikatakan kelar. Meski masih ada kemungkinan itu dirombak total. Selama ini gue masih kurang puas atas hasil tulisan yang jumlahnya sementara masih 12 halaman itu. Meski soal rasa, gue udah dapet banget. Ada bagian yang bikin gue bisa rindu untuk bisa gandeng cewek. Sial!

Prolog atau awalan yang gue buat memang kerasa rada ngalor-ngidul dikit. Tapi itu gue buat bukan tanpa alasan. Pengennya sih pake pendekatan ala film-film John Cassavetes, di mana emosi dan dramatisasi diulur selama mungkin. Jadi, kita bisa merasakan emosi karakter secara menyeluruh. Kalau di novel sih model beginian belum tentu berhasil secara di film kan Cassavetes memberi kesempatan penuh pada aktor/aktris utama buat lepas bebas tanpa harus ngapalin skenario. Mana bisa kalau di novel. Tapi, setidaknya filosofi dan alurnya saja yang bisa gue adaptasi.

Sudahlah, kalau bikin novel katanya jangan kebanyakan kasi tahu riwayat teknik penulisan. Nanti kebaca semua jadinya nggak sreg. Tapi penjelasan tadi sudah cukup memberi dikit info kan? Kembali soal prolog, bagian itu sendiri kadang bikin gue gemas karena menulis awalan yang enak dibaca itu sekali lagi nggak gampang. Apalagi nantinya cerita itu akan berubah perspektifnya. Nah, gimana tuh ngakalinnya?

Oh iyah, baru dapet donlotan banyak ebook gokil yang isinya bahas banyak soal kebudayaan maya, shamanism, devil worship, dsb. Cocok deh buat bantu-bantu jadi pengisi cerita gue.

NB: buat yang penasaran sama filmnya Cassavetes, ini ada link ke review film favorit gue dari sebuah situs -> Woman Under The Influence (1974)

No comments: