Monday, December 3, 2007

Menuju Level Berikut

Dari beberapa bulan yang lalu gue selalu menyemangati diri gue dengan berkata: to the next level! Ujaran itu dimaksudkan bahwa dunia malasku dan dunia santaiku sudah perlu diakhiri. Nggg .. nggak bisa diakhiri juga sih, secara santai itu sudah integral dan nggak tahu caranya dicabut dari diri gue. Tapi soal malas memang perlu dicoret. Temen gue bernama Hosea pernah bilang kalau Jogja itu tempat yang enak buat seks dan kemalasan. Gue bisa mengatakan kalau Jakarta juga seperti itu (di masa kuliah). Tapi masa kuliah gue sudah lewat. Gue perlu hidup dengan cara yang lain: to the next level!

Sebenarnya nggak ada yang salah dengan hidup gue. Gue bisa memenuhi kebutuhan hidup gue dengan mandiri dan juga bisa hidup dengan santai tanpa mikir pusing seperti yang gue lihat di orang-orang yang seusia gue. Rambut gue menipis bukan berarti gue pusing mikirin tetek bengek seperti dikibulin orang, diselingkuhin, kemacetan yang rasanya tiada akhir, dan hal-hal yang buat gue hidup terlalu sayang kalau isinya hanya itu saja. Gue mikir, tapi hanya dalam konteks yang metafisis. Life is short, have sex with it, don’t just jerk with it!

Ketika gue mulai nulis, itu adalah satu cara gue untuk naik ke level selanjutnya. Sebenarnya gue sudah nulis sejak SMA. Cerpen pertama yang dimuat itu di majalah HAI. Tahun berapa gue lupa. Selanjutnya gitu-gitu saja. Cerpen-cerpen hanya disimpan. Sempat dikirim ke mana-mana tapi nggak ada yang dimuat. Entah karena nggak cocok bahasa sastranya atau memang itu karya sampah gue nggak tahu. Tapi, itu nggak terlalu penting. Hal terpenting adalah menyelesaikan novel gue.

Blog ini memang sudah lama gue buat, tapi novel gue yang lagi gue jalanin secara teknis baru jalan dari awal November kemarin. Rada lama karena ini itu, tidak bisa jadi alasan. Dulu sekali ketika blog ini dibuat gue sedang membuat novel yang lain. Tapi, lantaran terlalu rumit, mentok di mana-mana. Lagian, siapa juga yang mau baca novel pseudo-revolusioner-post-apokaliptik-science-mystery-fiction. Sulit untuk meneruskan novel seperti itu di dunia sastrawi negeri ini.

Novel lama itu gue stop. Butuh lebih banyak kontemplasi, dan mungkin pada umur 30-an baru bisa gue selesaikan karena butuh kematangan spiritual dari gue (tai babi!). Novel ini gue bikin karena cenderung lebih ringan. Jadinya paling novel mistis medioker aja lah, nggak perlu muluk-muluk. Tapi, progresnya cukup oke. Gue sudah banyak nyari literatur soal mistisme, demonologi, mitologi dari Mesir sampai Babylonia, dan lain sebagainya. Gue juga dibantu teman untuk mengontrol penulisan biar nggak terlalu makan waktu. Hari ini gue nulis lagi dan sekaligus mencari bahan-bahan bacaan untuk menebalkan novel itu secara sastrawi.


kembali ke ngatas

3 comments:

Nia Janiar said...

"Gue sudah banyak nyari literatur soal mistisme, demonologi, mitologi dari Mesir sampai Babylonia, dan lain sebagainya."

v
v
v

wot? novel lo tentang ini semua? wew, tat's great!

Mikael Dewabrata said...

maunya sih. dikau sudah dapet apa aja? mau share?

Nia Janiar said...

dapet apa aja? gw mah mana ngerti yang kayak begituan.

anyways, gw punya tugas suci buat lo. silahkan tengok blog saya. hihih..