Tuesday, October 30, 2007

Tidak Dimulai dari Awal

Novel yang gue tulis ini tidak gue mulai dari awal. Artinya, gue tidak membuat kisah awal mula si tokoh, melainkan langsung ke sebuah kejadian yang dialami si karakter. Di novel ini tidak gue ceritain kenapa si karakter begini atau begitu, pokoknya beberapa elemen gue biarin menganga dengan pertanyaan. Hal ini gue terapin karena gue merasa bahwa kejadian yang mau gue ceritain itu lebih gokil dari origin story-nya itu sendiri.

Model penulisan ini bukannya nggak ada risiko. Pasti akan ada yang nanya,”Lah, kok tiba-tiba bisa gitu?” Tapi, gue merasa kalau gue mesti nyeritain seluruh latar, fokus cerita akan kabur. Cara nulis gue emang belajar dari para sutradara fokusin karakter pada sebuah film. Di film itu karena ada batas durasi, fokus karakter dikonsentrasikan pada momen-momen penting yang bisa mewakili karakterisasi si karakter secara penuh. Novel beda dengan film. Tapi, justru di sinilah gue bisa meminjam trik di film dan dimaksimalkan dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki sebuah novel.

Dengan kelebihan yang dimiliki novel, gue nggak perlu menceritakan segala hal lewat dialog, seperti yang dibikin di film. Hal-hal yang lebih enak (dan lebih masuk akal) bisa ditampilin di dialog. Namun, hal-hal yang janggal diucapkan orang dalam dialog bisa gue geser ke kalimat-kalimat non dialog. Anggap saja gue sedang membikin skenario film, dan durasi adalah batas gue. Gue nggak mau menganggap bahwa dalam penulisan novel, langit adalah batasnya. Tetap kita mesti tahu batas-batas imajiner yang di dalamnya salah satunya adalah kondisi psikologis si pembaca.

kembali ke ngatas

No comments: