Monday, May 7, 2007

Setelah Kisah Symbiote Terkhianati

Rasanya sakit hati melihat sebuah cerita yang tadinya dibikin dengan sepenuh hati, emosional, menggugah selera, dan segar diadaptasi menjadi sesuatu yang serampangan dan bodoh. Spider-man 3 adalah murni sebuah kebodohan. Ironis, karena material aselinya, amazing spider-man nomor sekian dan web of spider-man nomor sekian, adalah naskah komik yang penuh gelegar. Di komik itu semuanya lengkap, sifat-sifat peter parker dibawa ke dimensi yang lain, di mana untuk kali yang jarang seorang tokoh komik warna-warni dijerumuskan pada karakter yang gelap, obsesif, dan posesif.

Dari awal sebenarnya Spider-man 3 cukup mengesankan, terutama berendengan adegan antara Mary Jane yang terpuruk karirnya dengan Spider-man yang mulai mendapat tempat di hati penduduk NY. Tapi, hanya di situ keunggulan film ini. Sisanya adalah ketololan demi ketololan yang membombardir kita tanpa henti-henti. Siapa sih yang nggak risih melihat eyeliner di mata Tobey dan kadang-kadang menangis. Hiperbolismenya di klub jazz juga keterlaluan.

Namun, yang bikin sebal dari kisah Spider-man 3 ini nggak berhenti di situ. Saat menonton, dalam hati gue selalu mau melihat sisi pop dari film ini. Memperhatikan spesial fx wah gila-gilaan. Sayang, yang ada adalah monster pasir yang kelihatan dungu, lebih baik nonton moster tai di film Dogma deh. Dan, puncak kekesalan adalah dengan film ini, kisah Symbiote pun dikambinghitamkan atas segala unsur dramatik yang monton di film ini. Jadinya, gue nggak pernah akan bisa melihat kisah pejuh hitam ini beraksi secara maksimal di film, kecuali mungkin di dimensi lain, di kehidupan lain.

Film ini tentu membawa hikmah semusim, seperti judul-judul sinetron jaman sekarang. Dengan adanya film ini, sebuah alur cerita yang menggelikan itu tidak pernah disukai oleh penonton/pembaca yang masih punya akal sehat. Itu makanya gue mulai mikir untuk mencari unsur-unsur yang nggak sreg bila dibaca oleh banyak orang. Bahkan kalau gue mau bikin novel gue ngepop sekalipun, nggak ada tuh namanya cerita yang datar sedatarnya.

Oh, iya perkembangan novel gue mengalami perombakan total. Lagi-lagi gue harus mengulang bagian awal. Ini adalah sesuatu yang nggak bisa dihindari, momen terkuat dari sebuah novel adalah bagian awal. Ini juga karena gue berhasil donlot ebook tentang tulis menulis. Sudah.

No comments: